SEMOGA TIDAK TERULANG


Karya : TIM HBFM

Dia bernama Abdul, seorang guru ngaji yang santun dan dingin. Di kampungnya, dia terkenal sebagai seorang yang santun, suka menyapa dan tersenyum kepada orang. Melihatnya saja bisa membuatnya hati tenang.

Dia memiliki seorang istri yang saat ini sedang mengandung 9 bulan kurang beberapa hari ini. Sari namanya. Dia juga memiliki sifat yang tak jauh dari suaminya. Dia juga santun. Sangat ramah meskipun kepada orang yang belum dikenalnya dengan baik. Saking bagus dan baiknya sikap dari pasangan ini, hampir tidak pernah ada pergunjingan dari tetangganya.

Satu hari, Abdul akan berangkat ke tempat pengajiannya. Dia berpamitan dengan istrinya. Ada tradisi dari keluarga mereka sebelum keluar rumah. Mereka meletakkan kedua dahi mereka saling bertatapan lalu mencium tangan masing-masing bergantian. Sangat indah melihatnya.

Di tempat pengajian, anak-anak sudah menunggu kedatangan Abdul. Terlihat dari wajah mereka, wajah-wajah lapar akan ilmu yang akan diberikan oleh Abdul. Beberapa anak ada yang berlari ke arahnya. Beberapa lagi ada yang masih tenang duduk dibangkunya.

Pengajianpun dimulai. Abdul dengan senang hati memberikan ajaran kepada anak-anak yang kelihatan sangat bersemangat. Tetapi, ada beberapa dari muridnya yang malah asyik sendiri dengan temannya. Abdul melihat kedua anak itu sedang bermain catur dengan papan kecil yang mereka beli di depan tempat pengajian itu.

Beberapa kali Abdul menegur kedua anak itu. Tetapi kedua anak itu bergeming, seolah tidak ada yang memberitahu mereka. Mereka sangat asyik. Abdul kembali mengingatkan kedua anak itu. Masih tidak beranjak dari tempat duduknya, kedua anak itu malah merebahkan dirinya sambil menikmati permainan mereka.

Merasa kesal, Abdul membiarkan saja mereka berdua bermain. Dia mengajari anak-anak yang terlihat sangat antusias dengan hal yang diajarkan Abdul. Terlihat di belakang kedua anak itu masih bermain dengan santainya. Seolah tidak merasakan kehadiran Abdul di sana.

Abdul merasakan kekesalan dengan kedua anak itu. Setelah murid terakhir yang menyetorkan hafalannya, dia memutuskan meninggalkan tempat pengajian meskipun waktu belum selesai. Dengan hanya mengucap salam kepada anak-anak itu, Abdul pergi ke dalam kantor untuk melakukan absen.

Beberapa anak menyalahkan kedua anak yang bermain itu. Mereka marah karena mereka masih ingin diajari oleh Abdul. Mereka masih antusias sampai memarahi kedua anak itu dengan sangat keras.

Terlihat dari kedua mata anak itu kekesalan karena sudah dimarahi oleh teman-temannya. Akhirnya mereka juga meninggalkan tempat pengajian itu. Beberapa anak lainnya masuk ke dalam kantor dan menemui Abdul untuk meminta maaf.

Abdul tidak menunjukkan wajah kesal kepada anak-anak yang masih ingin belajar. Dia hanya menyalami anak-anak itu lalu meninggalkan kantor dan pulan ke rumahnya. Abdul merasa sedikit sedih karena masih banyak yang ingin belajar dengan dia. Tapi karena dua anak yang bandel itu akhirnya Abdul tidak ingin melanjutkan kegiatan belajarnya.

Di atas motor dia menerima telpon dari istrinya. Di sana istrinya sudah merasakan sakit yang amat dahsyat. Dia berkata tidak kuat dan ingin segera mengeluarkan anak tersebut dari perutnya. Abdul harus segera pulang ke rumahnya untuk menemani istrinya yang akan melahirkan.

Segera dia menyalakan motornya. Dia segera berangkat. Masih berada di parkiran motor, dia merasakan ada yang aneh dengan kendaraannya. Dia melihat ke sekitar motornya. Ternyata roda depan motor Abdul bocor. Dia sangat panik. Segera dia menuntun motornya ke tempat tukang tambal ban. Dia ingat ada tukang tambal ban di dekat sini. Segera dia meluncur ke tempat itu.

Di tempat tukang tambal ban dekat tempat pengajian, terlihat seorang bapak sedang merokok sambil membersihkan karet ban yang berserakan. Tiba-tiba ada seorang anak berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah marah dan kesal. Bapak itu tidak sempat menanyai. Dia hanya melihat anak itu membanting pintu dengan keras.

Bapak itu masuk ke dalam rumah dan bertanya kepada anak itu mengapa dia bersikap seperti itu. Anak itu menjawab dengan ketus bahwa dia sudah dimarahi oleh teman-temannya. Bapak itu hanya diam saja dan kembali ke depan untuk membersihkan karet ban yang masih sedikit berserakan.

Posting Komentar

0 Komentar